Beranda | Artikel
Hadis: Pelajaran dari Hadis tentang Ayat Kursi
Senin, 11 September 2023

Perlu diketahui bahwa dahulu sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ternyata pernah diberikan sebuah ilmu dari setan dari kalangan jin. Beliau radhiyallahu ‘anhu diajarkan suatu ayat dan diberikan faedah jika membaca ayat tersebut. Mari kita simak hadis selengkapnya sebagai berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

وكَّلَني رسولُ اللَّهِ ﷺ بحِفْظِ زَكَاةِ رمضانَ، فَأَتَاني آتٍ، فَجعل يحْثُو مِنَ الطَّعام، فَأخَذْتُهُ فقُلتُ: لأرَفَعَنَّك إِلى رسُول اللَّه ﷺ، قَالَ: إِنِّي مُحتَاجٌ، وعليَّ عَيالٌ، وَبِي حاجةٌ شديدَةٌ، فَخَلَّيْتُ عنْهُ، فَأَصْبحْتُ، فَقَال رسُولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيْهِ وآلهِ وسَلَّمَ: يَا أَبا هُريرة، مَا فَعلَ أَسِيرُكَ الْبارِحةَ؟ قُلْتُ: يَا رسُول اللَّهِ شَكَا حَاجَةً وعِيَالًا، فَرحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سبِيلَهُ. فَقَالَ: أَما إِنَّهُ قَدْ كَذَبك وسيعُودُ

فَعرفْتُ أَنَّهُ سيعُودُ لِقَوْلِ رسُولِ اللَّهِ ﷺ فَرصدْتُهُ. فَجَاءَ يحثُو مِنَ الطَّعامِ، فَقُلْتُ: لأَرْفَعنَّكَ إِلى رسولُ اللَّهِ ﷺ، قالَ: دعْني فَإِنِّي مُحْتاجٌ، وعلَيَّ عِيالٌ لاَ أَعُودُ، فرحِمْتُهُ فَخَلَّيتُ سبِيلَهُ، فَأَصبحتُ، فَقَال لي رسُولُ اللَّهِ ﷺ: يَا أَبا هُريْرةَ، مَا فَعل أَسِيرُكَ الْبارِحةَ؟ قُلْتُ: يَا رسُول اللَّهِ شَكَا حَاجَةً وَعِيالًا فَرحِمْتُهُ، فَخَلَّيتُ سبِيلَهُ، فَقَال: إِنَّهُ قَدْ كَذَبكَ وسيَعُودُ.

فرصدْتُهُ الثَّالِثَةَ. فَجاءَ يحْثُو مِنَ الطَّعام، فَأَخَذْتهُ، فقلتُ: لأَرْفَعنَّك إِلى رسولِ اللَّهِ ﷺ، وهذا آخِرُ ثَلاثٍ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ أَنَّكَ لاَ تَعُودُ، ثُمَّ تَعُودُ، فَقَالَ: دعْني فَإِنِّي أُعلِّمُكَ كَلِماتٍ ينْفَعُكَ اللَّه بهَا، قلتُ: مَا هُنَّ؟ قَالَ: إِذا أَويْتَ إِلى فِراشِكَ فَاقْرأْ آيةَ الْكُرسِيِّ، فَإِنَّهُ لَن يزَالَ عليْكَ مِنَ اللَّهِ حافِظٌ، وَلاَ يقْربُكَ شيْطَانٌ حتَّى تُصْبِحِ، فَخَلَّيْتُ سبِيلَهُ فَأَصْبحْتُ، فقَالَ لي رسُولُ اللَّهِ ﷺ: ما فَعلَ أَسِيرُكَ الْبارِحةَ؟ فقُلتُ: يَا رَسُول اللَّهِ زَعم أَنَّهُ يُعلِّمُني كَلِماتٍ ينْفَعُني اللَّه بهَا، فَخَلَّيْتُ سبِيلَه. قَالَ: مَا هِيَ؟ قُلْتُ: قَالَ لي: إِذا أَويْتَ إِلى فِراشِكَ فَاقرَأْ آيةَ الْكُرْسيِّ مِنْ أَوَّلها حَتَّى تَخْتِمَ الآيةَ: اللَّه لاَ إِلهَ إِلاَّ هُو الحيُّ الْقَيُّومُ [البقرة:255] وقال لِي: لاَ يَزَال علَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ، وَلَنْ يقْربَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: أَمَا إِنَّه قَدْ صَدقكَ وَهُو كَذوبٌ، تَعْلَم مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذ ثَلاثٍ يَا أَبا هُريْرَة؟   قُلْتُ: لاَ، قَالَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ رواه البخاري.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mewakilkan kepadaku untuk menjaga zakat Ramadan (zakat fitrah). Lalu, ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Lalu, ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.”

Abu Hurairah berkata, “Aku pun membiarkannya”. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata padaku, “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?”

Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.“

Aku tahu ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.”

Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya”. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata padaku, “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?”

Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku pun melepaskannya pergi.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.“

Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya. Ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali, namun ternyata masih kembali.”

Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.”

Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?”

Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di kasurmu, bacalah Ayat Kursi ‘Allahu la ilaha illa huwal hayyul qayyum …‘. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.”

Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya padaku, ‘Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?’”

Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah akan memberi manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?”

Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai, yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum’. Lalu, ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, tapi asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?”

“Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari).

Baca juga: 4 Keutamaan Ayat Kursi

Pelajaran dari hadis di atas:

Pertama: Dari kalimat “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadan (zakat fitrah).”

Menunjukkan bahwa membayar zakat itu tidak harus langsung kepada penerima (fakir miskin), tetapi zakat boleh diwakilkan. Harta zakat juga boleh dikumpulkan terlebih dahulu sebelum disalurkan.

Kedua: Abu Hurairah mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Lalu, setan meminta agar dibebaskan.

Perkataan Abu Hurairah tersebut menerangkan bahwa setan akan takut dan lari dari hamba-hamba Allah yang saleh dan mempunyai keimanan yang kuat. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Umar bin Al-Khaththab, “Sesungguhnya setan takut kepadamu, wahai Umar.” (HR. Tirmidzi no. 2913)

Jin juga tidak dapat menembus pintu yang tertutup sehingga dapat ditangkap Abu Hurairah dan ketahuan saat mencuri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا

Jika hari mulai gelap, tahanlah anak-anak kalian (untuk keluar rumah) karena saat itu setan sedang berkeliaran. Jika telah lewat sebagian malam, biarkanlah mereka. Tutuplah pintu-pintu dan ucapkanlah bismillah, karena sesungguhnya setan tidak akan bisa membuka pintu yang tertutup.(HR. Bukhari dan Muslim)

Ketiga: Setan (Jin) berkata, berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.”

Perkataan setan tersebut menunjukkan bahwa jin juga mempunyai keluarga dan ia membutuhkan makanan sehingga jin bisa mencuri makanan manusia. Jin sebagaimana manusia, ada yang kaya dan ada yang miskin. Mereka juga menikah dan mempunyai keturunan.

Dikarenakan jin juga memakan makanan manusia, maka dianjurkan menutup makanan dan minuman dengan membaca basmalah saat makan, minum, dan menutup wadahnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

فإن لم يجد أحدكم إلا أن يعرض على إنائه عودا ، ويذكر اسم الله ، فليفعل

“Jika kalian tidak mendapatkan penutupnya, kecuali dengan membentangkan sepotong batang kayu kecil di atas bejananya dan menyebut nama Allah, maka lakukanlah.” (HR. Muslim)

Keempat: Abu Hurairah berkata, “Aku pun membiarkannya.”

Beliau membiarkannya pergi karena yang mengambil makanan pokok tersebut memang berhak menerima zakat (fakir/miskin).

Kelima: Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga.”

Dari jawaban Abu Hurairah tersebut menerangkan bahwa ada gibah yang diperbolehkan. Salah satunya mengadukan kejelekan (aib) seseorang kepada penguasa atau hakim untuk memberikan keputusan dan menghilangkan kezaliman.

Keenam: Pada kalimat “Aku tahu ia akan kembali sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam katakan.”

Menunjukkan betapa besarnya keimanan para sahabat terhadap sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang langsung dibenarkan dan diikuti.

Ketujuh: Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di kasurmmu, bacalah Ayat Kursi ‘Allahu la ilaha illa huwal hayyul qayyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.”

Di antara sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membaca ayat kursi sebelum tidur agar tidak diganggu setan. Dianjurkan juga dibaca pada zikir pagi petang dan setelah selesai salat wajib.

Kedelapan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, tapi asalnya dia pendusta.”

Dapat kita ketahui bahwa setan itu pendusta. Namun, setan yang mencuri di atas ketika menyampaikan sesuatu yang benar, maka Nabi menerima (mengiyakan). Oleh karenanya, prinsip menerima kebenaran itu bisa dari siapapun asal yang dikatakan benar. Hal ini berbeda dengan prinsip memilih guru. Dalam agama Islam, diwajibkan menuntut ilmu agama dan dalam belajar agama harus selektif untuk memilih guru, ustaz, atau kiyai.

Kesembilan: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dia adalah setan.”

Dari sabda Nabi tersebut memberitahukan kepada kita bahwa jin dapat berubah bentuk dengan izin Allah. Sebagaimana hadis di atas jin menyamar menjadi manusia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْجِنُّ ثَلَاثَةُ أَصْنَافٍ صِنْفٌ لَهُمْ أَجْنِحَةٌ يَطِيرُونَ فِي الْهَوَاءِ وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ وَكِلَابٌ وَصِنْفٌ يُحلُّونَ ويظعنونَ

Jin itu ada tiga jenisnya: (1)  jenis yang memiliki sayap dan mereka terbang di udara, (2) jenis yang berbentuk ular dan anjing (riwayat lain kalajengking), dan (3) satu jenis lagi yang tidak menetap dan berpindah-pindah. (HR. Thabrani, lihat Ash-Shahih Al-Musnad Mimma Laisa Fish-Shahihain’, 1213)

Baca juga: Tafsir Ayat Kursi

***

Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.


Artikel asli: https://muslim.or.id/87359-pelajaran-dari-hadis-tentang-ayat-kursi.html